Ya, siapa lagi kalau bukan bik
Sumi , orang yang sering membuatku cemburu hampir tiap hari .
Bik Sumi , wanita berumur 52
Tahun ini , sudah 5 tahun membantuku mengasuh
Dina , kalau gak salah mulai Dina
umur 4 tahun sampai sekarang 9 tahun .
Selama ini dalam hal pekerjaan ,
aku merasa cocok dengannya , banyak alasan yang membuatku cocok , diantaranya ,
bik Sumi orangnya pendiam , gak suka gossip , seperti 2
pengasuh Dina sebelumnya , yang hobbynya ngrumpi dan dolan ke tetangga .
Sifat suka ngosip itu yang
membuatku gak tahan , apalagi ujung ujungnya aku yang digosipin , walah , kan
tambah parah tuh , ya siapa yang mau punya pembantu seperti itu .
Terhitung dengan bik sumi ,
berarti sudah 3 kali aku ganti pembantu dan untunglah yang terakhir ini
rumahnya tidak begitu jauh dariku sehingga kalau ada keperluan sewaktu – waktu aku gampang menghubunginya .
Sebenarnya tidak ada yang salah
dengan bik Sumi , semuanya baik baik saja , cuman ya itu , kedekatannya dengan
anakku , membuat aku merasa di nomerduakan
.
Anakku mulai pilih pilih , apa –
apa bik Sumi , semua minta diladeni bik Sumi , bahkan masakpun kalau masakanku
gak mau , aku paling sebel kalau dia bilang …
“ Aku gak mau masakan bunda , gak enak , aku mau
masakan bik Sumi …”
Nah..! lo kan …?!
Gimana coba kalau sudah seperti
itu . perasaanku seperti tercabik gak karuan , dimana harga diriku di depan
pembantu , gak ada kan …?
Belum lagi kalau mau berangkat
sekolah . Dina manjanya minta ampun pada bik Sumi , ada saja alasan yang membuatku
makin sakit hati karena perlakuan anakku
itu
.
Mulai dari memandikannya ,
memakai baju , sarapan , semua minta diladeni bik Sumi , kalau kusuapi aja dia menolak dan
menutup rapat mulutnya , ya ampun , bagaimana ini ….
Kupikir -pikir kalau kondisinya
terus kubiarkan , pasti berbahaya , kekhawatiranku begitu besar . sebagai
seorang ibu tentu saja aku kuatir kasih sayang
anakku berpindah tangan ke orang lain .
Wah ! bisa gawat , jangan sampai
Dina lupa kalau aku ibunys , berbahaya ….!
Suatu sore , aku coba diskusi dengan suamiku ,
“ Kenapa ya mas , Dina sekarang
gak mau denganku , dia lebih suka diladeni
bik Sumi daripada aku …”
Dengan berharap harap cemas , aku berdo’a supaya suami tidak menyalahkan aku atas kondisi yang
serba bertolak belakang ini ..
“ Ya jelas aja , la dia jauh
darimu , kamu acuh gitu …”
Nah , kan ! sudah kutebak
jawabannya
Tanpa melihat ke arahku , suami
menjawab sambil terus menatap Koran di depannya .
“ Acuh bagaimana , aku merasa
selama ini sudah memperhatikan Dina dengan baik , begitu pulang kerja ,
sediakan waktu buat dia , malam juga ….”
Banyak kalimat kusodorkan pada suami , tapi reaksinya sama . mas Rio menganggap
akulah yang menciptakan kondisi seperti ini .
Meski aku merasa sudah memberi waktu dan menuruti semua keinginan
anakku salah satunya dengan membawakan oleh – oleh setiap pulang kantor , tetap
saja waktu untuk anakku dinilai terlalu sedikit , sehingga dia tumbuh menjadi
anak yang kurang perhatian , introvert , acuh dan selalu membuat ulah .
“ Coba lebih perhatikan Dina ,
sediakan waktu interaksi berdua , ngobrol , jangan sibuk dengan diri sendiri …”
Begitu pesan mas Rio padaku , sederhana sekali kata – katanya ,
tapi karena itulah aku harus berfikir dan menjadwal ulang semua jadwalku yang padat dan sudah tertata
rapi .
Ya…kupikir gak ada lagi yang bisa
kulakukan kalau sudah seperti ini , mau tidak mau suka tidak suka , nasehat
suami harus dilakoni supaya aku gak kehilangan kasih sayang anakku .
Belajar dan introspeksi diri, hanya itu yang bisa kulakukan , belajar
psikologi anak dan menanyakan permasalahan anakku pada psikolog anak , yang
akhirnya kudapatkan jawaban singkat …
” seorang anak bagaikan selembar kertas putih ,
mau kita isi apa kertas itu terserah kita ,akan membuat kita bahagia atau tidak
semuanya terserah kita , maka…lakukanlah yang terbaik …”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar