“ Bunda ada telfon ….!” Teriak Rindi dari dalam rumah . suaranya
keras sekali , langsung terdengar dari
luar . Aku yang tengah menata pot bunga
di taman sebelah sontak berdiri dan
bergegas menghampiri arah suara ….
“ dari siapa mbak …?”
“ dari bu Bambang …”
“ Ada apa …?”
“ Mana gua tahu …”
jawab Rindi sambil mengangkat bahu , wajahnya terlihat acuh .
Kuabaikan aja dia langsung kuhampiri ganggang telfon
“ Halo , bu Bambang apa kabar …, saya sedang repot bu
, bantu Rindi ngerjakan PR , maaf ya bu saya tidak bisa kesana …, Wassalam ….”
Hanya itu kalimat yang muncul , kusingkat seserhana
mungkin supaya cepat selesai .
Jujur saja ,
aku paling males meladeni bu Bambang si Tukang gossip itu , kalau aku mau
diajak ke rumahnya , pasti panjang dech urusannya , diajak ngomong ini ngomong
itu , akibatnya , pekerjaan rumahku terbengkalai .
Setelah kupikir pikir , aku yakin telah
mengambil keputusan yang tepat dan kini saatnya kembali menyelesaikan pekerjaanku , menata
pot dengan tanaman hias yang berantakan
akibat pertengkaran kucing siapa aku gak
tahu …
Satu persatu tanaman yang copot dari potnya
kukembalikan , sedikit kuberi air kemudian kutata rapi .
Tak lama kemudian Rindi menghampiriku …
“ Mama , mama tadi bohong ya …?”
Aku mengernyitkan kening
“ Bohong gimana ….?” Sahutku
“ Kapan sih …?
“Tadi waktu di telpon , mama bilang lagi repot bantuin aku kerjakan PR , padahal aku kan gak ada PR …….,
aku juga gak lagi ngerjakan apa apa sekarang ….?”
Oh, My God , baru sadar aku kalau tadi aku diamati
anakku sendiri .
Kujawab apa
ya kira – kira supaya anak ini paham …
“ Soalnya tadi itu mama terpaksa mbak , kuatir diajak
ngegosip sama bu Bambang , males ach , jadi ya , mama bohong aja …” ringan
sekali omonganku ..
“ Tapi kan gak
harus Rindi yang dijadikan sasaran Bunda …”
Anakku mencoba
berontak
“ Iya mama tahu , tapi kalau alasan lain , mama
kuatir gak percaya , jadi ya ….kau aja yang dijadikan alas an ….”
“ Bunda nakal ….!”
“ iya dech , minta maaf ….”
“ Bunda suka bohong gitu , Rindi gak suka itu …”
“ Iya dech , janji gak kuulangi lagi …”
“ gak usah janji , Bunda gak jujur , selalu aku yang dijadikan alasan …!!”
Tiba – tiba Rindi histeris berlari meninggalkanku
menuju kamarnya …
Aku tertegun , mimpi apa aku semalam , diprotes
anakkua seperti ini …
Gak ada pilihan lain , harus segera diselesaikan . Bergegas
aku merapikan tanamanku dan mendatangi anakku , otakku terus berfikir bagaimana
cara menyelesaikan amarah Rindi .
Kuingat ingat lagi , sepertinya benar kalau aku
selama ini sering bohong pada anakku ,
tapi kapan ? , dimana ? masalah apa …? Kucoba ingat ingat lagi peristiwa yang
lalu .
Ya Allah kok sulit sekali ya mengingat kesalahan sendiri , kenapa aku ini , gampang lupa , pikun di usia separuh baya ,
kebanyakan makan pantat ayam paling ya ….? Ha..ha …
“ Rin…! Rindi ….”
Kogoyang goyang tubuh mungil yang ngambek di depanku
, malaikat kecil ini begitu nyaman membenamkan wajahnya di bantal ….tangisnya
terdengar pelan .., oalah Rin…Rin…
Sambil mencoba menenangkan , aku introspeksi diri , menmunguti kembali
kesalahan yang pernah kulakukan satu
persatu .
Ya Allah ,
setelah kuhitung , lumayan juga jumlahnya , lebih dari 10 , baru kuingat
, ternyata selama ini aku selalu menjadikan anakku sebagai alasan kebongonganku .
Aku sering reflek secara nggak sengaja , menjadikan
anakku sebagai alasan kalau aku merasa gak nyaman . Bayangin saja , kalau ada
telfon dari orang yang tidak kusuka ,
langsung kusuruh dia bilang kalau
aku gak ada , termasuk kalau ada tamu , atau
misalnya ada teman Rindi ngajak
main sementara anaknya sedang tidur , kubilang aja Rindi sedang pergi , ujung ujungnya anakku waktu di sekolah ditanya temannya , benarkah dia gak ada di rumah …
Bisa kubayangkan pasti anakku gelagapan menjawab
pertanyaan teman itu …
Ya Allah , bagaimana ya , aku sendiri sebagai orang tua bingung , di persimpangan jalan …
“ mama jangan jadikan aku alasan terus ….”
“ mama jangan jadikan aku alasan terus ….”
Kudengar suara anakku pelan , nggak tega rasanya …
“ Iya nak , Insya Allah Bunda gak ngulangi lagi ,
Bunda usahakan gak bohong lagi …” jawabku pelan
“ Janji lo Bunda …”
Aku mengangguk , berat sekali rasanya . Anak – anak terlalu
murni untuk semua ini dan aku nggak ingin kepercayaan yang diberikan Rindi
menguap begitu saja , hanya karena kebohongan kecil yang menumpuk hingga menimbun rasa percaya
dirinya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar